Jokowi Terima GIDI di Istana, Sekjen FUI: Presiden Kok Apresiasi Pelanggar Konstitusi?

Bandung (SI Online) - Penyerbuan oleh gerombolan Gereja Injil Di Indonesia (GIDI) terhadap jamaah Idul Fitri dan pembakaran masjid serta sejumlah kios umat Islam di Tolikara Papua membuktikan bahwa mereka adalah gerombolan berbahaya. Demikian dikatakan Sekjen Forum Umat Islam (FUI), KH Muhammad al Khaththath saat aksi solidaritas untuk muslim Tolikara di Bandung, Jumat (31/7/2015).
"Menurut Kapolri, mereka (GIDI) telah melanggar konstitusi. Cuma anehnya, kok beberapa Menteri dan Presiden malah mengapresiasi mereka dengan memberikan bantuan dan menerima di istana, sedangkan Polri malah dipojokkan sebagai pelanggar HAM," ujarnya.
Setiap warga negara memiliki hak konstitusi untuk memilih agama dan menjalankan ibadah. Menyerang orang yang sedang beribadah jelas melanggar konstitusi. Atas dasar itulah, penembakan yang dilakukan aparat kepolisian sebagai wujud dari upaya negara untuk menjamin konstitusi.
Polri menembak karena gerombolan itu membawa senjata, menyerbu dan merangsek. Dalam hal ini Polri membela diri dan menegakkan hukum tapi malah dianggap pelanggar HAM, ini pembalikan opini namanya, kata Ustaz al Khaththath.
"Dan setelah penyerbuan itu GIDI cepat-cepat datang ke istana, lha kok istana menyambut? Presiden kok mengapresiasi pelanggar konstitusi, orang Jawa bilang, Presiden cap opo iku rek?" ucap Ustaz al Khaththath dengan nada Jawa.
Aksi solidaritas untuk muslim Tolikara digelar oleh Aliansi Pergerakan Islam (API) Jawa Barat, ribuan massa dari berbagai ormas Islam mengikuti aksi damai tersebut. Acara berlangsung di depan Gedung Sate Bandung kemudian massa longmarch menuju Gedung Merdeka di jalan Asia Afrika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar