Rabu, 05 Agustus 2015

Subhanallah, Hampir Setiap Hari Ada yang Masuk Islam di Papua
Ustaz Fadzlan Garamatan: Terima Kasih GIDI
Salah satu tokoh Komite Umat untuk Tolikara (KOMAT) KH. Didin Hafidhuddin mengungkapkan bahwa keberadaan muslim di Papua semakin hari semakin bertambah.
"Ternyata umat Islam di Papua itu banyak jumlahnya, sampai 40 persen. Dan menurut dai asal Papua, Ustaz Fadlan Garamatan, disana itu hampir setiap hari ada yang masuk Islam," kata Kyai Didin saat pengajian shubuh di Masjid Al Hijri Air Mancur Bogor, Ahad (2/8/2015).
Menurutnya, dengan keadaan itu membuat para misionaris merasa iri, "Mereka itu bahkan sudah membuat lapangan terbang sekitar 240 buah di Papua. Ajaran Kristen sendiri sudah lama disebarkan di Papua. Tapi bedanya dengan Islam, Islam itu merubah prilaku sedang agama lain tidak. Begitu masuk Islam itu ada perubahan, mereka jadi memakai baju, menutup aurat. Itu konsekuensi dari ibadah, ketika masuk Islam harus seperti itu," ungkap Kyai Didin.
Ia yakin, dengan perkembangan dakwah di Papua umat Islam akan semakin banyak kedepannya. "Kita yakin insya allah umat Islam di papua akan jaya," harapnya.
Terkait tragedi penyerangan jamaah shalat Idul Fitri dan pembakaran masjid di Tolikara, menurut Dekan Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor itu ada grand design untuk kepentingan tertentu di Papua. "Pulau yang paling kaya di dunia itu Irian (Papua) dan disana itu setiap tahun minimal dua kali terjadi konflik. Kita berharap tragedi di Tolikara ini menjadi yang terakhir," tandasnya.
Ustaz Fadzlan Garamatan: Terima Kasih GIDI
Ketua Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) yang juga putra asli Papua (Nuu Waar) ditunjuk oleh Komite Umat untuk Tolikara (Komat Tolikara) sebagai Ketua Tim Pencari Fakta. Kembali dari melaksanakan tugasnya, Ustaz Fadzlan menulis semacam surat terbuka kepada Gereja Injili di Indonesia (GIDI).
Berikut isi surat Ustaz Fadzlan yang dia beri judul "Terima Kasih GIDI."
"TERIMA KASIH GIDI"
Atas ulah kalian, kami jadi tahu nama Tolikara yang sebelumnya sama sekali kami tak tahu menahu.
Atas ulah kalian, kami jadi tahu bahwa di Tolikara ada Masjid yang sudah berdiri puluhan tahun yang lalu.
Atas ulah kalian, kami jadi tahu ada ribuan muslim di Tolikara.
Atas ulah kalian, kami jadi tahu ada Perda aneh di Tolikara yang sangat diskriminatif terhadap Islam dan kaum muslimin.
Atas ulah kalian, kami jadi tahu bahwa Australia dan Israel ternyata sudah menancapkan kuku hitamnya di bumi Cendrawasih.
Atas ulah kalian, kami jadi tahu bahwa perkembangan dakwah Islam di Papua secara umum dari hari ke hari terus menggembirakan.
Atas ulah kalian, kami jadi tahu data sebenarnya jumlah total kaum muslimin di Papua sana adalah 40% , populasi yang cukup membalikkan asumsi kebanyakan orang selama ini bahwa Papua hampir identik Kristen atau diklaim Kristen.
Atas ulah kalian, kami dari berbagai penjuru, bukan hanya negeri ini tapi seluruh dunia dan dari berbagai latar belakang jadi tergerak rasa solidritasnya untuk lebih berperan terhadap nasib saudara kami di sana.
Atas ulah kalian, kami jadi yakin bahwa Masjid yang dibakar akan dibangun kembali yang lebih bagus dan lebih megah.
Atas ulah kalian, kami jadi yakin bahwa dakwah Islam di sana akan makin marak dan masif, bahkan pesantren akan segera berdiri.
Atas ulah kalian, mata dunia mulai terbuka bahwa anggapan tentang teroris itu di identikkan dengan Islam adalah keliru.
Terimakasih, terimakasih, dan terimakasih.
Kami menunggu kalian semua jamaah GIDI dalam damai kasih Islam.
Kami berharap tak lama lagi kami bisa menjadi imam shalat di sana, berceramah dan melantunkan adzan lima waktu di sana.
Terimakasih, Islam akan jaya di Papua Nuu Waar
Terimakasih, tak lama lagi, insya Allah Papua Nuu Waar identik dengan Islam.
Terimakasih, Allahu Akbar.
sumber:suara islam
red: abu faza

Sabtu, 01 Agustus 2015

solidaritas umat islam untuk muslim di tolikara papua


Jokowi Terima GIDI di Istana, Sekjen FUI: Presiden Kok Apresiasi Pelanggar Konstitusi?

KH Muhammad al Khaththath (Sekjen FUI) saat berorasi di depan Gedung Merdeka Bandung. (foto; suara islam)
Bandung (SI Online) - Penyerbuan oleh gerombolan Gereja Injil Di Indonesia (GIDI) terhadap jamaah Idul Fitri dan pembakaran masjid serta sejumlah kios umat Islam di Tolikara Papua membuktikan bahwa mereka adalah gerombolan berbahaya. Demikian dikatakan Sekjen Forum Umat Islam (FUI), KH Muhammad al Khaththath saat aksi solidaritas untuk muslim Tolikara di Bandung, Jumat (31/7/2015).
 
"Menurut Kapolri, mereka (GIDI) telah melanggar konstitusi. Cuma anehnya, kok beberapa Menteri dan Presiden malah mengapresiasi mereka dengan memberikan bantuan dan menerima di istana, sedangkan Polri malah dipojokkan sebagai pelanggar HAM," ujarnya. 
 
Setiap warga negara memiliki hak konstitusi untuk memilih agama dan menjalankan ibadah. Menyerang orang yang sedang beribadah jelas melanggar konstitusi. Atas dasar itulah, penembakan yang dilakukan aparat kepolisian sebagai wujud dari upaya negara untuk menjamin konstitusi.
 
Polri menembak karena gerombolan itu membawa senjata, menyerbu dan merangsek. Dalam hal ini Polri membela diri dan menegakkan hukum tapi malah dianggap pelanggar HAM, ini pembalikan opini namanya, kata Ustaz al Khaththath.
 
"Dan setelah penyerbuan itu GIDI cepat-cepat datang ke istana, lha kok istana menyambut? Presiden kok mengapresiasi pelanggar konstitusi, orang Jawa bilang, Presiden cap opo iku rek?" ucap Ustaz al Khaththath dengan nada Jawa.
 
Aksi solidaritas untuk muslim Tolikara digelar oleh Aliansi Pergerakan Islam (API) Jawa Barat, ribuan massa dari berbagai ormas Islam mengikuti aksi damai tersebut. Acara berlangsung di depan Gedung Sate Bandung kemudian massa longmarch menuju Gedung Merdeka di jalan Asia Afrika

UNDANGAN TABLIG AKBAR

HADIRILAH TABLIGH AKBAR
Dalam Rangka Halal Bihalal Para Habaib, Ulama dan Umaro
Untuk Menjaga Keutuhan NKRI
Bersama :
- Al-Habib Dr. Muhammad Rizieq Bin husen Shihab Lc. MA DPMSS
(IMAM BESAR FPI)
- Al-Habib Zaky Alydrus ( Padalarang)
- KH. Abd. Qohar Nurzaman Al-Qodsy Lc.
(Imam DPD-FPI Jawa Barat)
- KH. Ahmad Salimul Afip
(Pim. Ponpes Addahlaniyah)
- KH. Maulana Jamaludin
(Pim. Majelis Adiba Wal Burdah)
- KH. Tatang Wahyudin Lc.
( Pim. Majelis Baburohman)
Pembacaan Maulid :
- Al-Habib Ahmad bin Tholib Al Athos
(Pim. Majelis Jam Sabit)
Lokasi :
Lapangan Stasion TVRI Bandung Jl. Cibaduyut Bandung
Waktu :
Hari selasa tanggal 11 agustus 2015
19.30 s/d Selesai
Penyelenggara : DPW - FPI Bandung Raya

UMAT KERISTEN MEMBAKAR MESJID DI TOLIKARA PAPUA

TANGKAP PENDETA GIDI ...

28 July 2015










TANGKAP PENDETA GIDI ... !!!
TANGKAP PENDETA GIDI ... !!!
TANGKAP PENDETA GIDI ... !!!
 
Jum'at 24 Juli 2015, Ketua FKUB (Forum Komunikasi Umat Beragama) , Pdt. Lipiyus Binilub, bersama sejumlah Tokoh Kristen Papua, menemui Presiden Jokowi di Istana.
 
Mereka meminta dengan "ancaman halus" agar tidak ada penahanan para tersangka Tragedi Tolikara, karena khawatir akan menimbulkan "dampak negatif" di Papua. Lagi pula menurut klaim mereka bahwa masalah Tolikara sudah selesai secara damai.
 
TIDAK ADA KEKEBALAN HUKUM
 
Tidak ada yang kebal hukum di NKRI ini. Siapa pun yang melanggar hukum, maka wajib ditindak dan diberikan sanksi hukum sesuai dengan UU yang berlaku di NKRI.
 
Apalagi jika kesalahannya fatal berupa PEMBAKARAN MASJID yang telah mencederai Agama, Bangsa dan Negara, wajib dihukum berat, jika perlu DIHUKUM MATI agar tidak terulang di kemudian hari.
 
Para Pendeta Kristen mesti paham bahwa Presiden RI saja tidak kebal hukum, apalagi GEROMBOLAN PERUSUH DAN PENGACAU dari kalangan KRISTEN RADIKAL.
 
TIDAK ADA PERDAMAIAN
 
Klaim perdamaian Para Pendeta Papua adalah DUSTA dan KHIANAT, karena TIDAK ADA PERDAMAIAN selama umat Islam masih diintimidasi dan masih diperlakukan secara intoleransi serta diskriminasi.
 
TIDAK ADA PERDAMAIAN selama masih ada Larangan Ibadah Umat Islam di Papua
 
TIDAK ADA PERDAMAIAN selama kaum muslimah masih dilarang berjilbab di Papua.
 
TIDAK ADA PERDAMAIAN selama masih ada Larangan Penggunaan Speaker DALAM Masjid di Papua
 
TIDAK ADA PERDAMAIAN selama masih ada Larangan Pemasangan Plank Nama Masjid dan Musholla serta Madrasah di Papua.
 
TIDAK ADA PERDAMAIAN selama tidak ada jaminan kebebasan dan keamanan Ibadah umat Islam di Papua.
 
ANCAMAN KRISTEN PAPUA
 
"Ancaman Halus" dengan menyatakan di depan PRESIDEN RI bahwa penahanan para perusuh Tolikara bisa menimbulkan "dampak negatif" di Papua, maksudnya apa ???!!!
 
Apa jika para perusuh Tolikara itu ditahan, lalu Para Pendeta Papua mau menggerakkan massa Kristen Radikal untuk MEMBAKAR MASJID lagi di Papua  ?
 
Atau apa mereka mau membakar KIOS dan RUMAH warga muslim se Papua ??
 
Atau apa mereka mau membantai umat Islam Papua seperti di Ambon dan Poso ???
 
Kok bisa, minoritas mengancam mayoritas di hadapan Presiden ?    Kok bisa, gerombolan pengancam diterima di Istana Presiden ?? Kok bisa, Presiden tidak bereaksi ???
 
TEGAKKAN HUKUM ... !!!
 
Karenanya, FPI meminta kepada Presiden RI agar tetap pada komitmen PENEGAKAN HUKUM tanpa pandang bulu, sebagaimana beliau telah nyatakan berkali-kali di berbagai media Cetak mau pun Elektronik.
 
Dan FPI mendukung sepenuhnya Langkah Kapolri untuk tuntaskan Tragedi Tolikara - Papua secara Komprehensif.
 
FPI juga mendorong Kapolri agar secepatnya menangkap DUA PENDETA GIDI penanda-tangan Surat Edaran Resmi GIDI tentang Larangan Jilbab dan Shalat Idul Fithri yang menjadi pemicu kerusuhan, yaitu : Marthin Jingga dan Navus Wenda, serta Korlapnya yaitu Hariyanto Wanimbo, dan semua perusuh yang terlibat dalam pembakaran Masjid, Kios dan Rumah warga muslim
 
Selain itu, Kapolri juga harus memeriksa Bupati Tolikara dan yang membuat Perbup atau Perda Larangan Speaker Masjid dan aturan intoleransi lainnya, serta menelusuri semua gerak langkah GIDI di Papua dalam rangka mencari AKTOR INTELEKTUAL di belakang peristiwa Tolikara.
 
Jadi, pemerintah RI wajib waspada terhadap gerak langkah GIDI yang kental dengan aroma TEROR.
 
Apakah GIDI patut disebut TERORIS dan gerakannya layak disebut sebagai AKSI TERORISME ???
 
Artikel selanjutnya akan mengupas secara tuntas. Insya Allah.